BUDAYA BACA DAN BUDAYA TULIS
Membaca
adalah sesuatu yang amat penting. Ayat pertama yang diturunkan kepada
Rasulullah SAW dimulai dengan perintah
membaca. Orang yang berhasil didalam kehidupan, adalah orang yang rajin
membaca, baik tulisan (buku, majalah, koran, dll), atau membaca fakta kehidupan. Apa yang kita baca itu memberi
kita pengetahuan yang akan membantu didalam menghadapi sekian banyak masalah
yang kita hadapi. Bacaan yang tepat juga akan bisa memperhalus jiwa dan
perasaan serta membentuk pribadi dan karakter.
Bangsa Indonesia termasuk bangsa yang
tidak suka membaca. Siswa dan juga mahasiswa kita tidak mempunyai budaya baca
yang tinggi, diikuti dengan tidak adanya
budaya tulis. Budaya kita adalah budaya verbal (budaya ucapan). Budaya ucapan yang
baik tentu mengandung manfaat, tetapi terbatas lingkupnya.
Survey Biaya Hidup dilakukan oleh FE Universitas Pembangunan Nasional
Veteran Yogyakarta, dengan sampel 300 mahasiswa dari 7 universitas swasta di
Yogya. Hasilnya : biaya hidup mahasiswa di Yogya sekitar Rp. 1,6 juta/bulan. Dari jumlah itu, 31% untuk biaya makan
dan minum, 17% untuk pondokan, untuk pulsa 7% dan untuk membeli buku 3%.
Tidak
dijelaskan berapa % dari biaya hidup itu untuk pakaian dan untuk perawatan
tubuh (shampo dll).Diduga biaya itu menyamai biaya untuk pulsa. Kita belum bisa
memastikan apakah betul mahasiswa lebih mengutamakan kulit (pakaian,shampo,
dll) dari pada isi (buku, koran dan majalah bermutu), walaupun kecenderungannya
besar. Perlu diadakan survey nasional yang lebih rinci.
Di
negara maju, banyak sekali orang yang membawa buku kalau bepergian dengan KA,
bis atau pesawat terbang, untuk dibaca kalau harus menunggu. Pemandangan
seperti itu tidak banyak kita jumpai disini. Jumlah judul buku baru yang kita
terbitkan per tahun < 5.000, kalah dibanding Inggeris (100.000) dan Malaysia
(15.000).
Menurut
UNESCO, mahasiswa di negara maju membaca delapan jam sehari, di negara
berkembang termasuk Indonesia, hanya dua jam sehari. Kemajuan suatu bangsa
hanya bisa tercapai, jika penduduknya banyak membaca buku yang baik.
Minat membaca
anak-anak dan remaja di banyak kota besar meningkat. Jumlah buku baru yang terbit per tahun
meningkat. Pameran buku di kota besar ramai dikunjungi, tetapi jumlah itu
secara prosentase amat kecil dibanding jumlah anak di seluruh Indonesia. Bagi
anak-anak di desa, hal itu adalah kemewahan.
Mulai awal 2009 Pesantren Tebuireng mengadakan
program wajib membaca sebuah buku tiap dua minggu bagi setiap siswa yang diikuti
dengan kewajiban menulis ringkasan dari apa yang telah dibaca. Untuk tujuan itu,
dibeli banyak sekali buku-buku fiksi yang bermutu supaya merangsang siswa untuk
membaca.
Dengan
menulis ringkasan buku yang telah dibaca, siswa akan terbiasa membuat laporan
dan membantu siswa dalam berpikir. Juga membantu merumuskan pikiran secara
tertulis. Kemampuan itu akan berguna dalam berkuliah atau bekerja.
Diharapkan akan
muncul bibit-bibit penulis yang mahir di masa depan. Kita butuh banyak penulis yang mampu
membuat tulisan yang baik dan mendidik bagi naskah buku maupun skenario sinet
ron TV. Masa depan penulis yang baik terlihat cerah.
@@@
0 comments: