Asal Usul Agama
(Sejarah Perkembangan Agama
Perspektif Antropologi)
Berbicara
mengenai agama merupakan suatu hal yang tidak baru lagi bagi kita. Karena bagi
kita agama merupakan tema yang umum yang tidak terlepas dari
permasalahan-permasalahan moralitas, kesucian dan hal-hal yang transenden.
Pemahaman sederhana kita akan agama hampir sama dengan apa yang orang lain
pahami. Bagi kita agama merupakan suatu prosesi ritual dan rutinitas kita dalam
hal berhubungan dengan Tuhan. Hampir setiap saat kita selalu bersentuhan dengan
agama.
Saat agama
diartikan sebagai sebuah sistem sosial yang berkaitan erat dengan maju
mundurnya kebudayaan manusia. Melahirkan berbagai pertanyaan besar tentang
agama. Keintegralan agama dengan kebudayaan manusia sendiri sudah dimulai sejak
ribuan tahun yang lalu. Dan dua abad terakhir para pengkaji agama mulai mencari
dan menganalisa tentang keberadaan agama sebagai sistem sosial yang berkaitan
dengan peradaban manusia tersebut. Pertanyaan-pertanyaan seperti, apa arti
agama (secara universal) itu? Bagaimanakah agama itu? kapan dan dimana agama
itu muncul ? faktor apa yang mempengaruhi kemunculannya ? merupakan pertanyaan
awal yang menyelidik tentang keberadaan agama. karena bagaimanapun juga agama
merupakan suatu bagian yang tidak bisa terlepas dari kehidupan manusia. Dari
sinilah kemudian tulisan ini membahas tentang agama perspektif antropologis dan
mengkaji tentang asal-usul agama serta perkembangannya.
Agama dalam
pengertian Edward
Burnett Tylor yang mengaitkan kemunculan agama dengan perkembangan
manusia. Menyebutkan bahwa agama merupakan suatu sistem yang muncul dikarenakan
kegelisahan manusia dalam pencariannya akan suatu dzat yang mengatur kehidupan dan kematiannya.
Berdasarkan penelitiannya terhadap masyarakat suku-suku primitif di Amerika
Selatan dan Australia, Tylor lebih memfokuskan pada Perbedaan antara kehidupan
dan kematian yang terjadi pada manusia primitif. Faktor itulah yang kemudian
menjadi rujukan pokok E.B Tylor tentang agama. Dalam teorinya animisme, Tylor
menyebutkan bahwa manusia primitif dihadapkan pada masalah perbedaan antara
hidup dan mati. Kematian merupakan sesuatu yang dipertanyakan oleh manusia
primitif. Manusia primitif juga merasa heran saat bermimpi melihat jiwa yang
bisa lepas dari tubuh dan kembali lagi. Taylor meyakini bahwa agama muncul
pertamakali dimulai dengan keyakinan manusia terhadap Anima (jiwa), keyakinan
terhadap Tuhan diganti dengan keyakinan kepada Jiwa orang-orang mati. Teorinya
tersebut memunculkan dua pemahaman tentang agama sebagai sistem sosial.
Pertama, pemahaman tentang agama lahir hasil dari kebudayaan manusia. Dan
yang Kedua, pemahaman tentang agama yang memunculkan kebudayaan pada
manusia.
Jadi Taylor
mendefinisikan asal-usul agama pada manusia dimulai dari animisme. Berbeda
dengan Tylor, Sir
Jhon Lubbock menyatakan adanya tingkatan-tingkatan dalam agama. Lubbock
menyebutkan bahwa asal-usul agama pertama kali adalah Atheisme karena
sistem keyakinan manusia pada saat itu belum terdapat adanya mithos-mithos atau
pun bentuk kepercayaan tertentu. Namun tesis Lubbock tidak mampu menyanggah
teori agama dari Tylor, karena bagi Tylor teori Lubbock sendiri kurang
komprehensif dalam tingkatan-tingkatannya
Berbeda dengan
keduanya, Andrew
Lang
tokoh yang banyak dijadikan rujukan setelah Tylor. Merupakan pengikut Tylor
yang paling terkenal. Menurutnya asal-usul agama dalam masyarakat primitif bukan dimulai dari
keyakinan animisme ataupun atheisme seperti yang dikemukakan dua tokoh diatas.
Menurutnya asal-usul agama dalam masyarakat primitif dimulai pada keyakinan
akan Dewa-dewa tertinggi (High Gods). Lang menyatakan bahwa keyakinan
masyarakat primitif terhadap satu wujud tertinggi (Supreme Being)
pencipta spiritual dan abadi dalam kehidupannya diwujudkan dengan keyakinan
masyarakat primitif terhadap dewa-dewa. Dalam ungkapannya untuk mengkritisi
teori-teori sebelumnya Lang menyatakan bahwa mereka telah melakukan kesalahan
fundamental, karena sengaja mengabaikan bukti-bukti yang tidak sejalan dengan
teori mereka dan menjelaskan agama dari hal-hal yang sebenarnya bukan agama.
Lang menyatakan bahwa suku-suku paling
primitif pun pasti mempunyai semacam konsep tentang suatu wujud tertinggi yang
abadi. Menurutnya wujud tertinggi tersebut bukan roh leluhur ataupun hantu tapi
Tuhan (Dewa). Dari analisanya diatas Lang lebih cenderung pada konsep
Monotheisme yang terjadi pada masyarakat primitif.
Dari sedikit
uraian tentang teori asal-usul agama diatas dapat disimpulkan bahwa keyakinan
manusia akan agama muncul dikarenakan beberapa faktor. Pertama,
kegelisahan manusia akan adanya siklus kehidupan, berputar dari kehidupan
menuju kematian. Kedua, kegelisahan manusia akan adanya dzat yang maha
tinggi yang mengatur kehidupan alam. Ketiga, kegelisahan manusia
terhadap kekuatan luar biasa (Magi) yang tidak bisa dijangkau oleh manusia.
Dari ketiga
faktor diatas kalau kita kontekskan dengan teks-teks agama semitik maka akan
sinkron, karena dalam kitab-kitab suci agama semitik menyebutkan tentang proses
pencarian Tuhan yang dilakukan oleh Ibrahim. Yang disebabkan oleh
kegelisahannya akan Tuhan. Begitupun dalam konteks keyakinan manusia dewasa
ini. Apa yang disebutkan Marx tentang agama adalah candu ataupun tentang konsep
manusia adalah homo religi, sebetulnya terdapat kesamaan faktor utama yang kemudian
mempengaruhi pendapat tersebut yakni “kegelisahan manusia”.
Oleh.
Rizki Riyadu Topeq *
Sumber Rujukan :
-
Ahmadi, Abu. Sejarah Agama, 1986
-
Djamannuri, Dr. Studi Agama-agama Sejarah dan Pemikiran, 2003
-
Djamannuri, Dr. Ilmu Perbandingan Agama Sejarah dan Pemikiran, 2002
-
Daniel, L.Pals. Seven Theories of Religion, 2001
-
Maliki, Zainuddin. Narasi Agung tiga teori Sosial Hegemonik, 2003
-
Dll.
0 comments: