Membaca, Jendela Masa Depan
Orang pintar hampir dapat dipastikan suka membaca. Karena dengan membaca,
kita akan menemukan berbagai macam ilmu yang belum pernah kita dapatkan
sebelumnya.
Sejak kecil kita sudah diajari membaca. Mulai dari tingkat Play Group, TK,
SD, SMP, SMA, bahkan sampai kuliah; kita tetap ”dipaksa” membaca. Itu karena
membaca sangat penting dan bermanfaat. Ayat pertama yang diturunkan Allah SWT
adalah iqra’ (bacalah), bukan undzur (lihatlah) atau isma’ (dengarlah).
Setiap buku yang kita baca adalah padang aksara yang
menyimpan ribuan makna. Di sana kita bisa membaca kehidupan beserta segala
keajaiban yang terkandung di dalamya. Dengan membaca, kita akan membentuk
karakter pribadi, mengembangkan imajinasi, mengolah logika, mempertajam
analisa, bahkan membantu menemukan siapa diri kita sebenarnya. Hal itu akan
membina diri kita menjadi orang arif dan bijaksana. Sidharta
Gautama (Budha) menyatakan, hidup ini adalah jalan menuju diri sendiri. Pikiran
adalah cermin, dan bacaan akan menuntun kita menjalani kehidupan menjadi lebih
bijak.
Membaca juga akan mengantarkan kita memahami
seluk-beluk dunia, meskipun kaki kita tidak pergi ke mana-mana. Dengan membaca,
pikiran kita dapat dialihkan dari hal-hal yang rumit, sehingga kita menjadi
sibuk berintrospeksi diri dan tidak sibuk mencari aib orang lain.
Mencegah kepikunan
Jika jasad kita tidak makan, maka tubuh akan terasa loyo. Begitu juga
rohani kita; ia akan loyo bila tidak diberi ”makan”. Buku adalah salah satu
jenis ”makanan rohani” yang sangat bergizi. Mendengarkan pengajian atau nonton
film dokumenter, misalnya, juga merupakan ”makanan rohani”. Akan tetapi buku
memiliki gizi lebih dibandingkan hal-hal yang kita peroleh dari telinga
(mendengar) dan mata (melihat)?
Mengapa? Karena dengan membaca buku, kita akan
mengaktifkan dan menumbuhkan saraf-saraf di kepala kita. Pertama, kita perlu
memusatkan perhatian agar sebuah teks yang kita baca dapat memberikan manfaat. Kedua,
bila kita menemukan hal-hal menarik dalam sebuah buku, kita dapat memberikan
tanda (seperti menstabilo atau memberikan catatan di pinggirnya). Ketiga,
sebuah kalimat yang menarik akan membuat saraf-saraf di otak kita bekerja
secara efektif. Tiba-tiba saraf-saraf itu berhubungan satu sama lain dan
membuat kita dapat menemukan sesuatu yang baru. Dan yang keempat, membaca buku
akan membuat kita tetap berpikir! Dan ini akan mengurangi kemungkinan penyakit
pikun.
Dr. C. Edward Coffey, peneliti dari Henry Ford Health
System, membuktikan bahwa dengan membaca buku, seseorang akan terhindar dari
penyakit demensia. Demensia adalah penyakit yang merusak jaringan otak. Apabila
kita terserang demensia, dapat dipastikan kita akan mengalami kepikunan alias
”tulalit”. Coffey meneliti struktur otak 320 orang berusia 66 tahun hingga 90
tahun; yang terkena demensia adalah mereka yang rata-rata tidak berpendidikan
atau tidak suka membaca. Sedangkan yang tidak terkena demensia rata-rata
berpendidikan tinggi atau suka membaca.
Manfaatnya selangit
Selain mencegah kepikunan, membaca juga akan memberikan manfaat dalam
berbagai bidang. Apa saja dapat kita peroleh dengan membaca. Misalnya, wacana
ilmu pengetahuan terkini, siraman rohani, pemikiran para cendekiawan dan
budayawan, informasi cara merawat kesehatan, cara membuat makanan, cara
memproduksi barang, cara memanfaatkan kebun, cara membudidayakan tanaman hias
dan tanaman obat, dan lain sebagainya.
Dari buku kita bisa belajar beternak, cara merawatnya, memilih pakan yang
diperlukan, dan sebagainya. Kita juga bisa belajar cara membuat bangunan,
menata ruangan secara artistik, termasuk cara merenovasi suatu bangunan agar
terkesan lebih nyaman dan indah.
Buku-buku yang mengajarkan cara mengatur keuangan serta cara berinvestasi
untuk masa depan, kini pilihannya cukup banyak dan bervariasi. Tak sedikit pula
buku psikologi yang dapat memberi masukan tentang cara mendidik dan mengarahkan
perkembangan jiwa anak. Ada juga buku tentang hobi atau keterampilan yang bisa
memberikan ide untuk memproduksi sesuatu. Intinya, bermacam-macam manfaat dapat
dipetik dari membaca.
Intinya lagi, dengan membaca kita akan membangun pikiran, membina jiwa,
melatih hati untuk selalu berefleksi dan berdiskusi. Sun
Yat Sen menyatakan, yang sesungguhnya membedakan manusia dengan hewan adalah
buku. Jika hidup hanya mempersoalkan sandang-pangan, bukankah hewan pun sama?
Bagaimana caranya?
Membaca memang kelihatan sepele. Tiap hari kita sudah biasa membaca iklan,
pamflet, brosur, koran, majalah, teks di televisi, buku pelajaran, dll. Tetapi
membaca di sini tidak bisa dipahami seperti itu. Membaca di sini bukan sekedar
memaknai rangkaian huruf, kata, frasa, atau kalimat saja. Melainkan bacaan yang
benar-benar mengisi jiwa dengan ”makanan” yang sehat. Bagaimana caranya?
Pertama, aktivitas membaca tidak hanya berhenti sampai pada
hatamnya buku. Kita harus mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Munculnya perubahan sikap dan tingkah laku setelah proses membaca, merupakan
bukti suksesnya aktivitas membaca. Karena itu, kita harus mampu memilah secara
kritis dan kreatif terhadap bahan bacaan yang tepat dan sesuai kebutuhan kita.
Kedua, mampu memecahkan masalah kehidupan sehari-hari, dengan
menggunakan bacaan sebagai pegangan. Kita akan mampu mencapai kemajuan dalam
cara pandang, sikap, dan cara berpikir.
Ketiga, wawasan semakin jauh ke depan dan mampu membuat
analisis terhadap suatu persoalan.
Keempat, membaca meningkatkan prestasi atau profesionalisme
kerja.
Kelima, semakin berpikir praktis dan pragmatis dalam segala
persoalan. Semakin kaya ide, baik untuk meningkatan mutu serta membuat
terobosan baru.
Keenam, semakin kuat
dorongan untuk membaca dan mencari terus sumber-sumber baru. Hal ini akan
memperkaya khazanah keilmuan kita semua.
Ketujuh, Semakin enak
diajak bertukar pikiran atau pengalaman, karena kita semakin kaya wawasan.
Kedelapan, kebiasaan
membaca terus mendarah daging sampai usia tua. Kebiasaan membaca sama dengan
kebiasaan untuk terus menerus belajar atau menjadi manusia pembelajar yang
senantiasa haus akan informasi dan pengetahuan. Orang
yang terus menerus mau belajar adalah orang yang arif dan bijaksana. Meskipun usianya
sudah tua akan tetapi pikirannya tetap muda.
Penutup
Syeikh Zarnuji dalam Ta’lim al
Muta’allim berpesan, perbanyaklah membaca, karena membaca akan menghidupkan
pikiran. Jika Anda tidak membaca selama 3
hari, kata Syeikh Zarnuji, maka pikiran Anda akan tumpul.
Ketika Marsekal Lyautey, seorang Residen Jendral Prancis di Maroko,
menyuruh pembantunya untuk menanam pohon kesukaannya, pembantunya mengeluh
bahwa pohon itu butuh waktu 200 tahun untuk tumbuh besar. Marsekal justru
menjawab, ”Kalau begitu, tidak boleh buang-buang waktu, tanam hari ini juga.”
Nah, jangan menunggu pikiran Anda tumpul. Bacalah buku sekarang juga! (Sipe, dari berbagai sumber).
0 comments: