Malu dan Kemuliaan


Seiring berputarnya roda kehidupan dan berlalunya tahun demi tahun kehidupan manusia pun banyak  yang mengalami “evolusi” (perubahan) dari akhlaknya, sifatnya, pergaulanya, tawadhu’nya (sopan santunya) dan masih banyak yang lain. Dewasa  ini generasi remaja atau muda kita telah lupa dan bahkan tergiur dengan arus derasnya globalisasi sehingga mereka banyak meniru gaya dan pola kehidupan orang lain, yang itu tidak cocok, sesuai atau bahkan bertentangan  dengan syariat dan ajaran islam, yang didalam istilahnya disebut “weesternisasi” di dalam islam sendiri pun di perbolehkan untuk mencontoh hal-hal yang baik asalkan tidak bertentangan dengan syariat dan ajaran islam itu sendiri, yang didalam istilahnya disebut “modernisasi” atau dalam kaidah fiqhiyah dikatakan “jalbul masholih wadarul mafasit” yaitu menerima perkara yang baik dan menolak perkara yang fasit (rusak). syariat islam merupakan pedoman atau sumber hidup  yang sangat sempurna yang mengatur tentang tingkah laku dan pola hidup manusia sehingga manusia tidak akan sesat dan salah haluan  bila berpegang tangan dengan syariat islam tersebut.
Salah satu sifat yang banyak dilupakan atau di anggap hal yang sepeleh oleh generasi  sekarang ini yaitu “al - haya”  atau malu. Padahal sering kita mendengar bahwa “al haya’u minal  iman” malu adalah sebagian dari pada iman, tapi hal ini banyak tidak di hiraukan oleh mereka, bahkan di anggap hal yang wajar, atau biasa saja, padahal kalau kita teliti dan amati lebih detail lagi bahwa sesungguhnya kemajuan dan kemunduran suatu bangsa atau agama itu tergantung pada insanya itu sendiri, jika insanya  sudah tidak mempunyai sifat yang namanya malu maka bangsa itu tidak mempunya sifat yang namanya mulia atau kemuliaan. Karena dua foktor ini yaitu malu dan kemuliaan  merupakan satu keterkaitan yang tidak dapat di pisahkan karena kaitanya sangat berkesinambungan atau erat sekali, banyak sekali siroh-siroh (contoh) baik itu dalam al-quran maupun al-hadits yang menjelaskan atau menceritakan kepada kita semua  bahwa allah telah  menghancurkan atau membinasakan umat-umat terdahulu karena umat terdahulu tidak mempunyai sifat yang namanya haya’ atau malu.
Begitu juga dengan kemulian merupakan  salah satu penompang kehidupan yang membuat orang di hormati dan dihargai oleh manusia, bahkan oleh makhluk allah yang lain, secara alamiah manusia merupak makhluk social yang tidak mungkin bisa hidup sendirian pasti membutuhan atas bantuan orang lain. oleh karena itu alangkah baiknya jika generasi muda atau remaja kita  mempunyai karakter atau sifat sebagai berikut agar mereka mampu menggunakan Emotional Quotion (adaptasi) dengan baik:
1)    Tawasuth (moderat), moderat di sini bisa di artikan dengan “sederhana,luwes, dan juga penahan nafsu”. Sehingga generasi remaja kita bisa menerima segala apa yang di milikinya dan mensyukurinya, dan juga ia tekun atau luwes melakukan ssesuatu hal sekecil apapun sehingga dia dapat meraih kesuksesan yang di impikanya atau di cita-citakanya, satu hal lagi yang sangat prinsipil sekali adalah ia dapat menahan nafsunya untuk melakukan hal-hal yang di larang oleh agama atau syariat islam, agar menjadi generasi muslim yang sejati.
2)    Tawazun (seimbang), yang di maksudkan oleh penulis di sini adalah kita harus mempunyai keseimbangan dalam memfilter antara budaya westernisasi dan modernisasi sehingga kita masih tetap mempertahankan kebiasaan atau melestarikan syariat islam, sehingga kita tidak terjebak dalam lubang kesesatan, dan juga sebaliknya kita tidak ketinggalan dengan segala sesuatau yang baru (update). sehingga generasi muda kita siap menghadapi segala problematika dan tantangan hidup dan kemajuan zaman yang ada.
3)     Tasamuh (toleran) generasi muda kita juga harus toleran dengan segala perkembangn dan problematika yang ada, jadi tidak kaku atau kolot, selama hal itu tidak bertentangan dengan syari’at islam atau maqassidus syariah. karena islam sindiri merupakan agama yang flaksible (lentur) yang tidak memberatkan atau menyusahkan kepada pengikutnya. Oleh karena itu para generasi muda harus mempunyai bekal  yang banyak agar kita bisa menjaga yang namanya sifat tasamuh, agar hidupnya bisa selaras dengan perkembangan dan problematika yang ada.
Maka dari  itu wahai generasi penerus, marilah kita sejenak klarifikasi atau instropeksi terhadap diri kita sendiri atau terhadap apa yang telah terjadi pada saat ini. Apakah ini merupakan teguran, cobaan, yang di turunkan atau di berikan oleh  allah kepada umatnya yang  telah banyak lupa kepadaNYA. Maka  dari itu jagalah wahai kawan yang namanya sifat malu dan kemuliaan karena itu merupakan salah satu pondasi awal bagi kita semua untuk melangkahkan kaki mengarungi kehidupan  yang penuh dengan badai ombak dan jurang-jurang terjal yang siap menghempaskan kita, jika kita lengah sedikit saja.
 

Ahmad Khotim (Akhodjala)
Email: (ahmadkhotim@rocketmail.com

0 comments: