PENDIDIKAN
1.
Apakah Pendidikan itu?
Pengertian
Pendidikan :
Kita
tahu bahwa ada banyak definisi pendidikan. Ini jelas menunjukkan bahwa
pendidikan dipandang sebagai hal yang sangat penting, sehingga banyak pihak
yang merasa perlu untuk memberikan definisi atau memaknainya.
v Etimologi
·
Yunani : paedagogie,
yaitu pendidikan.
·
Romawi :
educare, yaitu : mengeluarkan dan
menuntun, tindakan merealisasikan
potensi anak yang dibawa waktu dilahirkan di dunia.
·
Jerman : Erziehung
yaitu membangkitkan kekuatan terpendam atau mengaktifkan kekuatan/potensi anak.
·
Jawa : panggulawentah
(pengolahan), yaitu mengubah kejiwaan, mematangkan perasaan, pikiran,
kemauan dan watak, mengubah kepribadian sang anak.
·
Didik (Indonesia) : memelihara dan memberi latihan (ajaran,
tuntunan, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran.
·
Addaba (Arab) : memperbaiki, melatih berdisiplin.
·
Rabba (Arab) : memimpin, memiliki, memperbaiki,
memelihara, mengasuh, mendidik.
·
Tarbiyah : pendidikan.
Jadi
pendidikan adalah proses transformasi nilai
(transfer of value) baik watak, tingkah laku, kepribadian, dll.
v Terminologi
Pendidikan
adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang
dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan, proses
perbuatan, cara mendidik.
·
Ki Hajar Dewantara
Pendidikan
sebagai daya upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran serta jasmani anak,
agar dapat memajukan kesempurnaan hidup yaitu hidup dan menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan masyarakatnya. Dari
etimologi dan analisis pengertian pendidikan di atas, secara singkat pendidikan
dapat dirumuskan sebagai tuntunan pertumbuhan manusia sejak lahir
hingga
tercapai kedewasaan jasmani dan rohani,
dalam interaksi dengan alam dan lingkungan masyarakatnya.
Pendidikan
merupakan proses yang terus menerus, tidak berhenti. Di dalam proses pendidikan
ini, keluhuran martabat manusia dipegang erat karena manusia (yang terlibat
dalam pendidikan ini) adalah “ subyek “ dari pendidikan.
Karena merupakan subyek di dalam pendidikan, maka
dituntut suatu tanggung jawab agar tercapai suatu hasil pendidikan yang baik.
Jika
memperhatikan bahwa manusia itu sebagai subyek dan pendidikan meletakkan
hakikat manusia pada hal yang terpenting, maka perlu diperhatikan juga masalah
otonomi pribadi.
Maksudnya
adalah manusia sebagai subyek pendidikan harus bebas untuk “ada” sebagai
dirinya yaitu manusia yang berpribadi, yang bertanggung jawab.
Ki
Hajar Dewantara membagi pendidikan menjadi tiga bagian yang sering disebut
dengan “ Tri Pusat Pendidikan “ yaitu terdiri dari :
1)
Pendidikan Keluarga
2)
Pendidikan Masyarakat
3)
Pendidikan Sekolah
Dalam
GBHN 1983 – 1988 : “ Pendidikan berlangsung seumur hidup dan
dilaksanakan di dalam lingkungan rumah tangga, sekolah, dan masyarakat. Karena
itu pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat, dan
pemerintah.”
·
John Dewey, Ivan Illich
Ø Pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam
segala lingkungan dan sepanjang hidup.
Ø Pendidikan adalah segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan
individu.
·
Immanuel Kant, Pestalozzi
Pendidikan
adalah usaha sadar yang dilakukan pendidik (orang tua, guru, dll) melalui
kegiatan bimbingan.
·
B. Watson, B.F. Skinner
Pendidikan
adalah segala pengaruh yang diupayakan sekolah.
Dari
ketiga pendapat di atas (John Dewey, Immanuel, B.Watson) ditarik kesimpulan
bahwa dari waktu ke waktu pengertian pendidikan itu semakin sempit. Dapat
didefinisikan :
1) Pendidikan adalah hidup itu sendiri.
2) Pendidikan mulai diprogram.
3) Pendidikan hanya dibatasi oleh sekolah.
Menurut
buku GBHN (Ketetapan MPR RI No. IV/MPR/73) dikatakan bahwa :
“
Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian
dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.”
Definisi
yang lain, pendidikan juga diartikan segala
usaha orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak – anak untuk memimpin
perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan agar berguna bagi diri
sendiri dan masyarakat. Namun tidak tiap – tiap pergaulan orang dewasa dan
anak bersifat pendidikan. Misalnya orang tua menyuruh anaknya mengambil kaca
mata bukan karena bermaksud mendidik, melainkan karena ia sendiri enggan
mengambilnya.
Satu – satunya pengaruh yang dapat dinamakan
pendidikan ialah pengaruh yang menuju kedewasaan anak agar kelak menjadi orang
yang sanggup memenuhi tugas hidupnya atas tanggung jawab sendiri.
Pengetian
Sederhana :
“ Pendidikan adalah usaha
manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi – potensi pembawaan
(jasmani dan rohani) sesuai nilai – nilai dalam masyarakat dan kebudayaan.”
Ada
sebuah penelitian di Amerika Serikat yang melaporkan bahwa peran otak kiri yang
berkaitan dengan logika dan intelektual, pada keberhasilan seseorang dalam
mencapai kesuksesan hanya 4%. Porsi terbesar untuk mencapai kesuksesan yakni
96% didominasi peran otak kanan yang berkaitan dengan kreatifitas dan inovasi.
Sayangnya,
pola pendidikan yang dapat membantu perkembangan otak kanan kurang diperhatikan
di Indonesia. Oleh karena itu, pengembangan emosi dan kepribadian yang dapat menuntun
seseorang menjadi manusia arif dan bijaksana menjadi terlalaikan. Padahal,
untuk bisa membangun suatu bangsa yang kuat diperlukan orang yang tidak hanya
berintelektual tinggi, tetapi juga terhadap kondisi yang terjadi. Selain itu,
bangsa Indonesia pun memerlukan orang yang punya kebijaksanaan tinggi untuk
menghadapi segala persoalan dengan tepat. Keseimbangan antara fungsi otak kiri
dan otak kanan sangat ditentukan oleh pola pendidikan jenis apakah yang
diterima seorang murid.
Tapi
pola pendidikan ideal seperti ini sangat langka di Indonesia yang cenderung
lebih mengarah pada transfer of knowledge dari pada pendidikan dalam arti
membimbing seorang anak didik menjadi manusia yang mengenal dirinya sendiri
tapi peka terhadap apa yang terjadi dengan lingkungan sekitar dirinya.
2.
Mengapa Pendidikan itu
Diperlukan?
Dasar
diperlukannya pendidikan :
a)
Manusia lahir dalam keadaan tak
berdaya, akan tetapi berpotensi untuk berubah.
b)
Secara biologis, manusia bersifat
lentur, berotak besar, berkemampuan hebat.
c)
Secara sosial, manusia adalah
makhluk yang unik, berbudaya.
d)
Allah SWT memberikan anugerah
fisik untuk dikembangkan dengan sebaik – baiknya.
Pendidikan
diperlukan untuk :
a)
menumbuh kembangkan pemikiran peserta didik tentang nilai-nilai insani dan nilai-nilai ilahi.
Hal ini dimaksudkan agar para peserta didik mempunyai bekal untuk menata atau
menjalani kehidupan baik di lingkungan masyarakat maupun di lingkungan alam.
Sehingga nantinya dapat menjadi orang yang mengerti tentang ilmu keduniaan
(insani) dan ilmu akhirat (ilahi).
b)
Selain itu pendidikan juga menanamkan nilai – nilai demokrasi,
keadilan, kebenaran, kejujuran yang
kesemuanya ini berguna dalam kehidupan kita.
c)
Pendidikan merupakan bagian utama
bagi manusia untuk menjadi manusia yang
berbudaya, berakhlak mulia, berwawasan
dan berkepribadian sopan.
d)
Pendidikan juga diperlukan untuk mendukung pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, serta SDM (Sumber Daya
Manusia) yang berkualitas. Untuk membangun manusia unggul harus berangkat
dari filosofi pertumbuhan dan perkembangan manusia.
e)
Menata pendidikan sejak dini merupakan sesuatu
yang mutlak. Jika mutu pendidikan dasar baik, maka baiklah selanjutnya
3.
Apa Tujuan Pendidikan?
Tujuan
Pendidikan antara lain :
a)
Membentuk kepribadian seseorang
agar lebih baik.
b)
Menggali potensi / kemampuan
seseorang yang masih terpendam sehingga dapat tersalurkan menurut bakat dan
minat.
c)
Menanamkan nilai – nilai insani
dan ilahi pada subyek didik.
d)
Menumbuhkan kreatifitas subyek
didik.
e)
Menyiapkan generasi yang siap
pakai di lingkungan masyarakat dan mempunyai kemampuan yang produktif.
f)
Menerapkan dasar – dasar ilmiah dan
pengetahuan serta metodologi dalam IPTEK khususnya bisnis sehingga mampu
menemukan, memahami, menjelaskan, dan merumuskan cara penyelesaian masalah
dalam lingkup keahliannya.
g)
Menerapkan dasar – dasar ilmiah
sehingga mampu berpikir, bersikap, dan bertindak sebagai ilmu.
Di
dalam GBHN 1983 – 1988 tujuan pendidikan :
“
Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila bertujuan untuk meningkatkan
ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan dan ketrampilan,
mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian, dan mempertebal semangat
kebangsaan dan cinta tanah air, agar dapat menumbuhkan manusia pembangunan yang
dapat membangun dirinya sendiri serta bersama – sama bertanggung jawab atas
pembangunan bangsa.”
Di
dalam bukunya Beknopte Theoretische
Paedagogiek, Prof. Dr. M.J.Langeveld membedakan 6 macam tujuan dalam
pendidikan :
a)
Tujuan Umum
Tujuan yang pada akhirnya akan dicapai oleh pendidik
terhadap anak didik. Ialah membawa anak dengan sadar dan bertanggung jawab ke
arah kedewasaan jasmani dan rohani.
Tujuan umum sering juga disebut : Tujuan akhir atau Tujuan
total atau Tujuan lengkap.
b)
Tujuan Khusus
Untuk menuju ke tujuan umum, tiap – tiap anak tentu
mempunyai jalannya sendiri. Tergantung oleh beberapa hal :
·
Sifat atau bakat
·
Kemungkinan – kemungkinan yang ada
dalam keluarga atau alam sekitar.
·
Tujuan kemasyarakatan anak didik
·
Kesanggupan – kesanggupan yang ada
pada pendidik.
·
Tugas lembaga pendidikan.
c)
Tujuan Insidentil (Tujuan
Seketika)
Contoh : Menyuruh anak makan bersama agar dapat makan
dengan tertib dan sopan. Lain kali menyuruh anak untuk makan, tetapi tidak
punya maksud apa – apa hanya karena semua lekas beres. Jadi kali ini tidak ada
tujuan pendidikannya.
d)
Tujuan Sementara
Contoh : Pendidik memberi pelajaran berjalan. Anak tidak
akan dewasa apabila tidak diberi pendidikan sementara.
e)
Tujuan Lengkap
Mempunyai hubungan dengan aspek kepribadian manusia,
sebagai fungsi kerohanian bidang etika, keagamaan, estetika dan sikap sosial.
f)
Tujuan Perantara
Suatu
pendidikan tentu mempunyai tujuan. Baik untuk jangka pendek atau jangka
panjang. Tujuan pendidikan di Indonesia ditetapkan dalam “ Majelis
Permusyawaratan Rakyat Sementara” pada sidang umumnya tahun 1966
yaitu membentuk manusia pancasilais sejati.
Menurut
Sikun Pribadi : Tujuan pendidikan merupakan masalah inti di dalam
pendidikan, karena menentukan segala usaha yang akan dijalankan terhadap anak
didik. Tujuan umum pendidikan adalah pedoman umum bagi pendidik untuk
menentukan tujuan – tujuan khusus yang sifatnya sementara. Tujuan khusus
misalnya pendidikan intelektuil, jasmani, emosional, kesusilaan, dll. Tujuan
pendidikan itu ditentukan oleh “
pandangan hidup “ manusia. Karena pandangan hidup manusia itu berbeda –
beda, maka tujuan pendidikannya juga berbeda. Antara lain :
- Ada yang menitik beratkan kepada ketuhanan, namun ada juga yang mengutamakan keduniawian.
- J.J. Rousseau lebih mementingkan pendidikan kemasyarakatan. Ia berpendapat bahwa manusia dilahirkan dalam keadaan suci dan akan menjadi rusak karena manusia itu sendiri atau masyarakatnya. Ia menganjurkan anak – anak harus dididik sesuai dengan alamnya. Rosseau adalah penganjur “ pendidikan menurut alam “.
- John Dewey, berpendapat bahwa pendidikan kemasyarakatanlah yang lebih penting dari pada pendidikan individual. Tujuannya membentuk anak menjadi warga negara yang baik.
Kesimpulan
:
Pendidikan
individual dan kemasyarakatan harus dapat maju bersama – sama, karena manusia
tidak dapat hidup sendiri melainkan juga bermasyarakat.
v
Sumber : * Purwanto, DRS. M. Ngalim, Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis, PT Remaja Rosdakarya –
Bandung, Jakarta, 1987
* Imam Barnadib, Pengantar Ilmu Pendidikan Sistematis, Andi Offset, Yogyakarta, 1993
* Muhadjir, Prof. Dr. Noeng, Ilmu Pendidikan dan
Perubahan Sosial Suatu Teori Pendidikan edisi IV, Rake Sarasin, Yogyakarta
*
Internet (Google)
KELOMPOK II
v Agung Suprawijaya (20080720013) Nurhasanah (20080720017)
v Fifin Permatasari (20080720012) Pratiwi (20080720015)
LANDASAN
DAN ASAS PENDIDIKAN
Asas Pendidikan adalah tumpuan cara
berfikir yang memberi corak pada pendidikan. Pendidikan selalu berkaitan dengan
manusia, dan hasilnya tidak segera tampak. Diperlukan satu generasi untuk
melihat hasil akhir dari pendidikan itu; oleh karena itu apabila terjadi suatu
kekeliruan yang berakibat kegagalan pada umumnya sudah terlambat untuk
memperbaikinya. Kenyataan ini menuntut agar pendidikan itu dirancang dan
dilaksanakan secermat mungkin dengan memperhatikan sejumlah landasan dan asas
pendidikan. Pendidikan di Indonesia memiliki 3 asas pendidikan yaitu:
a)
Asas Tut Wuri Handayani
Asas yang dikumandangkan oleh Ki Hajar
Dewantara ini, menjadi semboyan Depdikbud. Pada awalnya merupakan salah satu
dari “Asas 1922” yakni tujuh buah asas dari Perguruan Nasional Taman Siswa yang
didirikan pada tanggal 3 Juli 1922. Asas ini mendapat tanggapan positif dari
Drs. R.M.P. Sostrokartono dengan menambahkan dua semboyan untuk melengkapinya.
Kini ketiga semboyan tersebut telah menyatu menjadi satu kesatuan asas, yakni:
v Ing ngarsa sung tulada (jika
didepan menjadi contoh)
Seorang guru hendaknya mampu memberikan contoh/teladan yang
baik kepada anak didiknya sesuai dengan nilai-nilai insani dan ilahi.
v Ing madya mangun karsa (jika di
tengah-tengah, membangkitkan kehendak, hasrat atau motivasi)
Dalam situasi kurang bergairah atau ragu-ragu untuk mengambil
suatu keputusan atau tindakan, seorang guru diharapkan dapat memberikan
semangat dan motivasi kepada anak didik.
v Tut wuri handayani (jika dibelakang
mengikuti dengan awas)
Seorang guru memperoleh sebutan “pamong” sebagai pemimpin yang
berdiri di belakang yaitu tetap mempengaruhi dengan memberi kesempatan kepada
anak didik untuk berjalan sendiri, dan tidak terus menerus dicampuri,
diperintah atau dipaksa. Pamong hanya wajib menyingkirkan segala sesuatu yang
merintangi jalannya anak serta bertindak aktif dan mencampuri tingkah laku atau
perbuatan anak apabila mereka sendiri tidak dapat menghindarkan diri dari
berbagai rintangan, ancaman keselamatan atau gerak majunya.
b) Asas
Belajar Sepanjang Hayat (Life long learning)
Istilah “Belajar Sepanjang Hayat” erat
kaitannya dengan istilah ”Pendidikan Seumur Hidup”. Kedua istilah ini memang
tidak dapat dipisahkan namun dapat dibedakan. Penekanan istilah belajar adalah perubahan perilaku
(kognitif/afektif/psikomotor) yang relatif tetap karena pengaruh pengalaman,
sedang istilah pendidikan menekankan
pada usaha sadar dan sistematis untuk penciptaan suatu lingkungan yang
memungkinkan pengaruh pengalaman tersebut lebih efisien dan efektif, dengan
kata lain, lingkungan yang membelajarkan subjek didik.
Dalam latar pendidikan seumur hidup, proses belajar-mengajar
sekolah seyogianya mengemban sekurang-kurangnya dua misi yaitu:
v Membelajarkan peserta didik dengan
efisien dan efektif
v Meningkatkan kemauan dan kemampuan
belajar mandiri sebagai basis dari belajar sepanjang hayat.
Perancangan dan implementasi kurikulum yang memperhatikan
kedua dimensi itu akan mengakrabkan peserta didik dengan sumber belajar yang
ada di sekitarnya, sehingga terwujudlah gagasan pendidikan seumur hidup seperti
yang tercermin dalam sistem pendidikan nasional Indonesia.
c)
Asas Kemandirian dalam Belajar
Perwujudan asas kemandirian dalam belajar
akan menempatkan guru dalam peran utama sebagai fasilitator dan motivator.
Sebagai fasilitator guru diharapkan menyediakan dan mengatur berbagai sumber
belajar sehingga peserta didik dapat berinteraksi dengan sumber-sumber
tersebut. Sebagai motivator guru mengupayakan timbulnya prakarsa peserta didik untuk
memanfaatkan sumber belajar itu. Cara belajar siswa aktif (CBSA) merupakan
salah satu pendekatan yang memberi peluang untuk pengembangan kemandirian,
karena siswa dituntut memikul tanggungjawab tertentu, misalnya melalui modul,
paket belajar, dll.
LANDASAN PENDIDIKAN
v Landasan Filosofis
v Landasan Sosiologis
v Landasan Kultural
v Landasan Psikologis
v Landasan Ilmiah dan Teknologis
v Landasan Spiritual
Landasan Filosofis
v Landasan yang berkaitan dengan makna
atau hakikat pendidikan.
v Menelaah masalah-masalah pokok
seperti:
Apakah pendidikan itu?
Mengapa pendidikan itu diperlukan?
Apa tujuan pendidikan?
Apakah hakekat manusia itu?
Empat Mazhab
Filfasat Pendidikan
v Esensialisme
·
Esensialisme
merupakan mazhab filsafat pendidikan yang menerapkan prinsip idealisme dan
realisme secara eklektis.
·
Berdasarkan
eklektisisme tersebut, maka esensialisme menitikberatkan penerapan prinsip
idealisme atau realisme dengan tidak meleburkan prinsip-prinsipnya.
·
Menurut
esensialisme, kurikulum SD berintikan basic
skill atau “the Three’s”, yaitu: reading, writing, arithmatic.
·
Pendidikan
di Indonesia pada zaman Belanda menganut mazhab esensialisme ini.
v Perenialisme
·
Kesamaan
antara perenialisme dan esensialisme adalah keduanya membela kurikulum
tradisional yang berpusat pada mata pelajaran yang pokok-pokok.
·
Perbedaannya:
perenialisme menekankan keabadian teori kehikmatan, yaitu:
-
Truth
-
Beauthy
-
Goodness
·
Mazhab
ini dinamakan perenialisme karena kurikulumnya berisi materi yang konstan atau
perenial.
·
Prinsip
pendidikan perenial:
-
Konsep
pendidikan bersifat abadi, karena hakikat manusia tak pernah berubah.
-
Inti
pendidikan haruslah mengembangkan kekhususan makhluk manusia yang unik, yaitu
kemampuan berfikir.
-
Tujuan
belajar adalah mengenal kebenaran abadi dan universal.
-
Pendidikan
merupakan persiapan bagi kehidupan sebenarnya.
-
Kebenaran
abadi itu diajarkan melalui pelajaran-pelajaran dasar
-
Pendidikan
swasta di Indonesia menganut mazhab ini.
v Pragmatisme & Progresivisme
·
Prinsip-prinsip
teori pendidikannya, antara lain:
-
Anak
harus bebas untuk dapat berkembang secara wajar.
0 comments: