Mubadzir


Hatim Al-Assam suatu hari berziarah ke tuan Mufti di daerahnya. Sesampainya di rumah itu, didapati rumah itu besar penuh dengan segala perlengkapan dan perhiasan. Beliau segera teringat dengan firman Allah: ”Dan janganlah kamu berlebih-lebihan (mubadzir). Orang-orang yang mubadzir itu adalah dari golongan saitan dan saitan sangat kufur pada Tuhan”( Al Isra’ : 26 – 27 )
Karena itu Hatim berkeinginan untuk mengingatkan sang Mufti tentang keteledorannya itu. Ketika sama-sama mengambil air wudhu, Hatim sengaja membasuh semua anggota wudhunya sebanyak empat kali, lebih dari seharusnya.
Hal itu menarik perhatian sang Mufti sehingga dia berkata, ”Mengapa Saudara melebihkan basuhan anggota wudhu Saudara?. Bukankah itu makruh dan mubadzir?”
Mendengar itu Hatim tersenyum dan berkata, ”Memubdazirkan sedikit air saja, Islam tidak membenarkan. Apalagi memubazirkan beribu-ribu uang untuk sebuah rumah dengan segala perhiasan tidak berguna, tentulah Islam lebih tidak membenarkan. Saya khawatir tuan akan dimurkai Allah Swt karena melakukan pemubadziran yang begitu  besar.”
*****
Mubadzir berasal dari bahasa Arab baddzara-yubaddziru yang artinya pemborosan atau berlebihan menggunakan sesuatu. Jadi mubadzir adalah memakai harta atau nikmat Allah SWT secara berlebihan atau melebihi kapasitas yang diprlukan. Kisah Hatim di atas mengingatkan kita untuk kembali memahami ayat al-Qur’an surat al-Isra:17, yang menyebutkan bahwa orang–orang yang menggunakan nikmat Allah SWT secara berlebihan termasuk golongan setan. Na’udzubillah.
Selain mengingatkan kita agar tidak memubadzirkan nikmat Allah, kisah di atas juga memberikan pelajaran kepada kita untuk saling mengingatkan sesama Muslim. Al-Quran menjelaskan bahwa semua manusia akan rugi kecuali orang-orang yang beriman dan saling berwasiat dalam kebaikan dan kesabaran (al-’Ashr:2-3).

0 comments: